Jumat, 15 Juli 2022

Mengapa Kurikulum Berubah?


Kurikulum dapat dimaknai sebagai titik awal sampai titik akhir pengalaman belajar murid. Kurikulum juga diibaratkan jantungnya pendidikan. Rapl Tyler, dalam bukunya “The Basic Principle of Curriculum” mengungkapkan bahwa ada empat komponen dalam kurikulum, yaitu:
  1. tujuan
  2. konten
  3. metode/ cara
  4. evaluasi.
Klasifikasi kurikulum ada tiga bagian, yaitu: 
  1. tujuan pembelajaran/ konten
  2. panduan pedagogi
  3. panduan asesmen.
Komponen-komponen tersebut dapat digunakan untuk mendesain kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid. Murid menjadi ajuan atau “core” dari kurikulum itu sendiri. Maka kemerdekaan murid merupakan “jantung” pengembangan kurikulum.

APA PERAN DAN FUNGSI KURIKULUM?
Kurikulum adalah salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan nasional. Kurikulum berperan sebagai pedoman dan acuan dalam pembelajaran. Fungsi kurikulum bagi guru adalah untuk memandu dalam proses belajar murid. Peran dan fungsi kurikulum dapat kita optimalisasi dalam kerangka:

  1. Mewarisi nilai dan budaya masyarakat yang relevan dengan masa kini.
  2. Mengembangkan sesuatu yang dibutuhkan masa kini dan masa depan.
  3. Menilai dan memilih sesuatu yang relevan atau kontekstual sebagai kontrol sosial.
Murid-murid yang memiliki keragaman suku, budaya, bahasa, adat istiadat, dan agama harus menjadi pijakan awal dalam mengembangkan kurikulum. Sehingga kurikulum dapat digunakan sesuai konteks di mana satuan pendidikan itu berada.

Guru berperan sebagai ujung tombak implementasi kurikulum dalam proses pembelajaran, maka harus tahu bahwa kurikulum nasional perlu disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan. Oleh sebab itu, pengembangan kurikulum diperlukan di setiap satuan pendidikan. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan zamannya. Di sini peran guru sebagai pemilik dan pengembang kurikulum di satuan pendidikan. Guru harus melakukan adaptasi sesuai dengan konteks dan karakteristik murid. Begitu pula dengan pembelajarannya, guru yang lebih mengetahui kebutuhan murid, kompetensi apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara mewujudkannya.


Saat ini kualitas literasi dan numerasi, kesehatan mental dan sosial emosional murid, merupakan fondasi atau prasyarat yang diperlukan murid. Hal ini digunakan untuk membangun kompetensi transformasi dengan siklus belajar Aksi-Antisipasi-Refleksi menuju pembelajar sepanjang hayat. Transformasi pembelajaran dengan paradigma baru menekankan pada penguatan kompetensi dan materi esensial atau bermakna. Bukan banyaknya materi atau konten yang didapat murid, melainkan konten atau materi yang esensial dalam pembelajaran yang dilaksanakan secara mendalam. Proses pembelajaran tersebut salah satunya dapat menggunakan siklus pembelajaran inkuiri, yang menekankan pada rasa ingin tahu sebagai dorongan belajar yang kuat pada murid.

Pentingnya rasa ingin tahu pada murid perlu kita munculkan, kemudian digabungkan dengan percakapan yang menjadi bagian dari pembelajaran. Pemberian pertanyaan-pertanyaan terbuka merupakan cara guru untuk menstimulasi pembelajaran murid, mengeksplorasi apa yang mereka ketahui, sehingga menghasilkan dampak yang bermakna dalam penyelidikan-penyelidikan yang mereka lakukan.

SIKLUS PEMBELAJARAN INKUIRI
  1. rasa ingin tahu 
  2. mencari tahu
  3. memilah
  4. membuat koneksi
  5. mengambil makna'
  6. aksi atau tindakan
Transformasi pembelajaran murid berfokus pada pengembangan karakter berdasarkan nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila melalui pembelajaran berbasis proyek. Dengan demikian diharapkan murid dapat memberikan dampak positif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.

MENGAPA KURIKULUM PERLU DIUBAH?
Saat ini berbagai isu baru menuntut satuan pendidikan menyiapkan kurikulum yang membantu murid untuk menghadapi dunianya yang penuh tantangan. Tantangan atau isu-isu tersebut antara lain: perubahan iklim global, teknologi digital, industri multinasional, dan transformasi budaya. Kurikulum bersifat dinamis dan terus dikembangkan atau diadaptasi sesuai konteks dan karakteristik murid, demi membangun kompetensi sesuai kebutuhan mereka, kini dan di masa depan. Mengingat kata-kata KHD, bahwa maksud pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat. Maka demi menuntun kodrat murid-murid kita, pembelajaran, termasuk kurikulum yang kita selenggarakan juga harus terus menyesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Sebagai guru, kita harus belajar terus untuk mengikuti dan memahami tren kehidupan murid kita yang tergolong generasi Z dan alpha. Berbagai penelitian menyampaikan bahwa mereka sulit dipisahkan dengan media sosial. Keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh guru untuk tujuan pembelajaran. Misalnya dengan meminta murid membuat dan mengumpulkan tugas melalui aplikasi digital. Diperlukannya peran orang tua, masyarakat, dan sekolah dalam mewujudkan kurikulum yang berpihak pada murid. Mereka ini yang disebut sebagai pilar pendidikan. Oleh sebab itu, ketika kita merancang kurikulum, kita harus menempatkan kebutuhan, pendapat, pengalaman, hasil belajar, serta kepentingan murid sebagai rujukan utama. Sejatinya, kurikulum dirancang untuk murid, agar dapat mewujudkan seluruh kompetensi yang diharapkan dari kurikulum, semua pihak harus berkolaborasi maksimal.

Guru terus belajar memfasilitasi pembelajaran yang sesuai.
Orang tua harus memahami perkembangan dan kebutuhan murid.
Pemerintah daerah dan pusat, serta semua pihak  yang bergerak di bidang pendidikan juga terus mengikuti perkembangan kebutuhan murid 

Mari kita bersemangat menghadapi dan menjadi bagian dari perubahan ke arah yang selalu lebih baik.










Previous Post
Next Post

0 comments: